BAB
I
PENDAHULUAN
|
Gamabar 1 : Gigi persistensi |
A.
Latar
Belakang
Kesehatan
gigi dan mulut di Indonesia sering kali menjadi prioritas yang kesekian bagi
sebagian orang. Padahal sudah diketahui gigi dan mulut merupakan pintu gerbang
masuknya kuman dan bakteri sehingga dapat menganggu kesehatan organ tubuh
lainnya. Masalah gigi berlubang masih banyak di keluhkan baik oleh anak-anak
maupun orang dewasa hal tersebut tidak bisa dibiarkan hingga parah karena dapat
mempengaruhi kualitas hidup masyarakat Indonesia . Apabila sudah mengalami
masalah gigi dan mulut sesorang akan mengalami rasa sakit, ketidak nyamanan,
infeksi akut, gangguan makan dan tidur serta memiliki resiko tinggi untuk
dirawat di rumah sakit.
Persistensi
gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang perlu di
atasi. Dimana gigi sulung yang menjadi panduan tumbuhnya gigi permanen tidak
tanggal sesuai waktunya, sedangkan gigi penggantinya telah erupsi. Persistensi
adalah keadaan dimana gigi tetap muncul sementara gigi susu masih ada dan tidak
goyang sama sekali, yang disebabkan benih gigi tetap tidak terletak persis
dibawah gigi susu yang digantikannya melainkan terletak didepan atau dibelakang
gigi susu, sehingga bisa timbul variasi. Penyebab persistensi yaitu lambatnya
resorpsi akar gigi susu dan posisi abnormal benih gigi permanen serta gangguan
nutrisi .
Usaha
kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas, yang diselenggarakan melalui sekolah
formal maupun informal atau melalui lembaga pendidikan lain (Kemenkes, 2010).
Penduduk
yang mengalami masalah gigi dan mulut semakin meningkat di Indonesia.
Berdasarkan hasil Data Riset Kesehatan dasar tahun 2013 di dapatkan hasil 25,9%
masayarakat di Indonesia mengalami masalah gigi dan mulut. Kemudian Data
Riskesdas terbaru tahun 2019 di dapatkan hasil masyarakat yang mengalami
masalah gigi dan mulut sebanyak 57,6%. Hal tersebut menunjukan terjadinya
peningkatan sebesar 31,7% dari pada sebelumnya. Peningkatan masalah gigi dan
mulut yang serupa juga terjadi di provinsi lampung berdasarkan data Riskesdas
2013 di dapatkan hasil masayarakat yang mengalami masalah gigi dan mulut
sebesar 15.3% meningkat menjadi 56,1 % berdasrkan data Data Riskesdas tahun 2019
Hal tersebut menunjukan terjadi peningkatan sebesar 40,8% lebih besar dari
peningkatan nasional.
B .
Tujuan
Untuk
mengetahui permasalahan kesehatan gigi dan mulut khususnya kasus persistensi
C.
Manfaat
1. Mencegah
kemunculan masalah kesehatan gigi dan mulut di daerah kerja Pukesmas
2. Salah
satu syarat untuk menyelesaikan tugas matakuliah epidemiologi
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Persistensi
Permasalahan Kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas
sangat beranaeka ragam pencabutan gigi sulung merupakan tindakan yang umum
dilakukan di poli gigi. Terdapat banyak penyebab dilakukannya pencabutan gigi
seperti adanya gigi persistensi, gigi
yang tidak tanggal padahal telah waktunya tanggal dan menunjukkan resorpsi akar
yang tidak cukup untuk terjadinya proses tanggalnya gigi, hipodonsia, dan
trauma yang terus menerus terjadi atau infeksi berat pada gigi sulung adalah merupakan
penyebab-penyebab lain dilakukannya pencabutan gigi sulung. Persistensi gigi merupakan
masalah yang sekarang cukup sering ditemui, terutama di usia ketika anak duduk
di bangku sekolah dasar. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi orang tua karena
jika dibiarkan dapat menjadi penyebab gigi berjejal, di mana
gigi tetap akan tumbuh di tempat yang tidak seharusnya, bisa di depan atau
di belakang gigi susunya.
C.
Pertumbuhan
Gigi Desudui dan Permanen
Pertumbuhan
Gigi Desidui dan Permanen Pertumbuhan gigi geligi berhubungan sangat erat dengan
proses erupsi gigi. Maury Massler dan Schour (cit. Marwah N) mendefinisikan
erupsi gigi sebagai suatu proses gigi yang telah terbentuk bermigrasi dari
lokasi intraoseous ke posisi fungsional di rongga mulut. Pergerakan erupsi gigi
dimulai sejak pembentukan akar sebelum gigi dapat terlihat di rongga mulut.
Pergerakan selama erupsi gigi dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
pra-erupsi, fase erupsi (fase pra-fungsional), dan fase post-erupsi (fase
fungsional). Perkembangan gigi dibagi menjadi empat periode yaitu masa tak
bergigi (edentulus), masa gigi desidui, masa gigi bercampur, dan masa gigi
permanen. Masa tak bergigi (edentulus) dimulai sejak lahir hingga gigi pertama
anak tumbuh, kurang lebih hingga anak berusia enam bulan. Masa gigi desidui dimulai
sejak erupsi gigi insisivus sentralis mandibula. Masa gigi bercampur dimulai
sejak erupsi gigi molar satu permanen, biasanya saat anak berusia 6-7 tahun
(Tabel 1). Masa gigi permanen yaitu saat semua gigi desidui telah tanggal dan
digantikan oleh gigi permanen biasanya dimulai pada usia 13 tahun.
Gambar 2 : pertumbuhan gigi
D.
Pencegahan
Persistensi Gigi
Usia yang sangat rentan terhadap kesehatan gigi dan
mulut adalah anak SD yaitu pada usia 5-9 tahun, oleh karena itu orang tua perlu
tahu pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Orang tua memiliki peranan yang
sangat penting dalam tumbuh kembang anak, khususnya masalah pertumbuhan dan
perkembangan gigi anak, agar anak terhindar dari penyakit gigi dan mulut,
misalnya karang gigi, karies gigi, dan radang gusi. Gigi pertama biasanya
muncul sekitar 6 tahun, oleh karena itu paling baik jika gigi susu sudah
tanggal (copot dari gigi) ketika gigi tetap penggantinya sudah teraba atau
terlihat dan peran aktif orang tua sangat dibutuhkan dalam perawatan gigi anak.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Peningkatan pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut, manfaat yang didapat adalah terjadinya perubahan perilaku
seseorang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Perilaku kesehatan yaitu
hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atas kegiatan seseorang dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah
penyakit, kebersihan, memilih makanan dan sebagainya .
Orangtua yang
mengetahui priode pertumbuhan gigi-geligi baik gigi susu maupun gigi tetap akan
sangat membantu. Bukan hanya dalam segi perawatan dalam menjaga kebersihannya,
tetapi juga mencegah agar anak-anak tidak melakukan kebiasaan buruk. Apabila
anak-anak suatu keluarga sehat, tentu karena orang tua tersebut dapat
memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesehatan anakanaknya. Umumnya sanak lebih
banyak menjadi urussan ibu, maka baik buruk anak tercermin dari sikap ibu
terhadap anak tersebut.
Orang tua
sering menganggap gingsul sebagai sesuatu yang mengganggu, sehingga memutuskan
untuk mencabutnya, padahal taring merupakan sudut estetik wajah seseorang
karena taring memiliki akar paling panjang, sehingga kalau dicabut, tulang
wajah akan berubah karena kempot, sehingga sering jadi kelihatan lebih tua, dan
jika ingin diperbaiki yang dicabut biasanya geraham kecil, bukan taring.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi adalah bagian dari usaha
kesehatan anak usia dini dan dapat dipandang sebagai integral dari upaya
kesehatan masyarakat. Pendidikan kesehatan dilakukan oleh keluarga, khususnya orang
tua. Salah satu cara untuk mencegah persistensi adalah dengan
meningkatkanpengetahuan orang tua anak mengenai waktu pertumbuhan gigi tetap.
E.
Pengobatan
Atau Tindakan dalam Menangani Persistensi
Keberadaan gigi geligi di rongga mulut tidak dapat
diabaikan, hal ini karena gigi tidak hanya berfungsi untuk estetis namun juga
penting untuk fungsi mastikasi dan bicara. Berbagai hal yang dapat menjadi
penyebab gigi desidui dan permanen perlu dicabut, bahkan gigi yang normal juga
perlu dilakukan pencabutan untuk memperbaiki maloklusi. Salah satu penyebab
gigi termasuk dalam indikasi dicabut adalah persistesi gigi.
Persistensi merupakan keadaan gigi desidui yang
mengalami keterlambatan tanggal dari waktu sebenarnya, dengan gigi desidui yang
masih berada dalam rongga mulut, sementara gigi penggantinya sudah erupsi.
Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh gigi permanen yang tumbuh pada posisi
yang salah sehingga tidak menyebabkan gigi desidui mengalami resorbsi.
Penanganan dini dari kasus ini dapat mencegah terjadinya ganggunan posisi gigi
permanen penggantinya. Masalah lain yang dapat muncul pada gigi persistensi
yaitu posisi gigi desidui dan permanen penggantinya yang sangat rapat bahkan
terkadang tidak terdapat gingiva diantara kedua gigi tersebut. Keadaan ini dapat
menimbulkan retensi debris dan bakteri mudah menginfeksi jaringan periodontal.
Pencabutan gigi persistensi yang dilakukan sejak gigi permanen baru menembus
gingiva dapat membantu gigi permanen erupsi ke arah posisi yang benar sehingga
dapat menghindari kebutuhan akan perawatan ortodonti.
Tahapan
Pencabutan Gigi Suluang
Pencabutan gigi sulung adalah
pencabutan gigi sulung yang sudah terekfolusi atau goyang fisiologi derajat 2
atau lebih, persistensi, dan sisa akar.
Alat dan Bahan
1. Alat
tulis
2. Lembar
rekam medis
3. Alat
Oral Diasnotik : Sonde, pinset,eksavator
4. Tang
cabut,bein
5. Tampon,
Povidon iodine, kloretile/spuit 3 cc beserta ampul lidokain
6. Handscoon,
masker
7. Gelas
kumur
8. Tisu
Prosedur
1.
Menjelaskan prosedur kepada pasien/orang
tua pasien
2.
Mengisi lembar informed consent, dan
meminta tanda tangan orang tua/wali yang mengantar
3.
Mengatur posisi pasien dan posisis
oprator menyesuaikan
4.
Mencuci tangan dengan sabun
5.
Melakukan anastesi pada daerah gigi yang
akan dicabut
6.
Pelaksanaan pencabutan dimulai bila
sudah tercapai kondisi teranastesi. Pada gigi sulung yang telah mengalami
mobility derajat ≥2, anastesi mengunakan kloretil dengan cara disemprotkan ke
kapas kemudian di tempelkan kegusi pada gigi yang kan dicabut.
7.
Buka soket gigi menggunakan bein (jika
diperlukan)
8.
Posisikan tang ekstraksi sejauh mungkin
ke dalam soket, paruhtang sejajajr
dengan sumbu gigi
9.
Gerakan untuk pencabutan gigi
sulung anterior adalah luksasi perlahan
ke dalam kearah labio-palatal atau labio
lingual, diikuti dengan gerakan rotasi dan ekstraksi.
10.
Gerakan untuk pencabutan gigi
sulung posterior adalah luksasi perlahan
ke dalam kearah labio-palatal atau labio
lingual, diikuti dengan gerakan ekstraksi.
11.
Pemberian tampon pada daerah pencabutan
12.
Berikan istruksi pasca pencabutan gigi
13.
Mencuci tangan dengan sabun
14.
Petugas membuat dan menyelengarakan
resep berupa antibiotik ( jika perlu) dan anti nyeri
F.
Program
Upaya Kesehatan Gigi Sekolah
Usaha Kesehatan
Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk
memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di
sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya
kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi
dan mulut. Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS berupa kegiatan yang terencana,
terarah dan berkesinambungan.
Program UKGS Di
wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Agung sudah berjalan namun belum optimal masih
sangat perlu dilakukan perbaikan dalam program tersebut. Kegiatan UKGS yang
dilakukan hanya sebatas penjaringan siswa sekolah dasar yang baru masuk sekolah
masih belum dilakukan secara menyeluruh.
Pengoptimal
program UKGS bias di lakukan dengan melakukan upaya-upaya agar pembuat
keputusan mempercayai dan meyakini program UKGS perlu di dukung, Kemudian
petugas keshatan juga bisa menjalin kemitraan dengan berbagai sector seperti
guru kelas. Selain itu juga daapat memberikan dorongan kepada masyarakat agar
mereka mempu memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut mereka.
BAB
1V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persistensi gigi merupakan masalah
yang sekarang cukup sering ditemui, terutama di usia ketika anak duduk di
bangku sekolah dasar. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi orang tua karena
jika dibiarkan dapat menjadi penyebab gigi berjejal, di mana
gigi tetap akan tumbuh di tempat yang tidak seharusnya, bisa di depan atau
di belakang gigi susunya. . Gigi pertama
biasanya muncul sekitar 6 tahun, oleh karena itu paling baik jika gigi susu
sudah tanggal (copot dari gigi) ketika gigi tetap penggantinya sudah teraba
atau terlihat dan peran aktif orang tua sangat dibutuhkan dalam perawatan gigi
anak.
B. Saran
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan maupun saran yang
membangun dari Dosen, teman-teman maupun para pembaca agar pada penyusunan
makalah selanjutnta mendekati kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Riset
Kesehatan Dasar 2019
www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2019.pdf
online
pada Agustus 2019
Siti
Sulastri dkk 2014: Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Tentang Jadwal
Pertumbuhan Ggigi Dengan Kejadian Persistensi Gigi Anak 6-10 Tahun di SD N Wojo
I Bantul http://ejurnal.poltekkesjogja.ac.id.
online pada Seeptember 2019
Dwi
Nur Rakhman dkk 2012 : Gambaran Karakteristik dan Penyebab Pencabutan Gigi
Sulung Di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado Tahun 2012 http://ejurnal.unsart.ac.id.
online pada Seeptember 2019
Made
Ayu Lely Suratri,dkk 2014: Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Orang Tua tentang
Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Taman Kanak-kanak di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Banten Tahun 2014